Sabtu, 09 Maret 2013

Laporan Praktikum Kimia Titrasi Asam Basa


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
TITRASI ASAM-BASA

Nama Anggota Kelompok:
  1. Agus Yulli Dwi Setyaningsih
  2. Ainida Rasti
  3. Mita Suryani
  4. Ulfi Febriana
  5. Atri Silmani
  6. Chirma Martianingsih

SMA NEGERI 2 MATARAM
TAHUN AJARAN 2012/2013



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami yang masih dalam tahapan belajar ini dapat menyelesaikan laporan kimia tentang titrasi asam-basa.
Dalam makalah ini kami menjelaskan mengenai penjelasan secara singkat tentang titrasi asam-basa. Adapuan tujuan kami menulis laporan ini yang utama untuk memenuhi tugas sekolah dari guru pembimbing kami. Kami menulis laporan ini untuk mengetahui lebih rinci mengenai titrasi asam-basa.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada yang telah meluruskan praktikum kami. Kami menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan laporan kami ini untuk ke depannya. Semoga  laporan  ini  bermanfaat  bagi  kita  semua  terutama  bagi  pembaca khususnya siswa-siswi SMA Negeri 2 Mataram.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.




Mataram, 26 Februari 2013


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.
Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
     Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
1.3  Maksud dan Tujuan Percobaan
1.3.1     Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami serta menentukan konsentrasi asam atau basa melalui metode titrasi dengan menggunakan alat bantu pipet tetes, stan, buret, dan alat titrasi.

1.3.2     Tujuan Percobaan
Untuk menentukn kadar suatu larutan HCL dengan menggunakan NaOH 0,1 M
1.4  Manfaat
Beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari percobaan/penelitian yang kita lakukan yaitusebagai berikut.
Dengan adanya penelitian/percobaan ini yaitu pengetahuan siswa menjadi lebih bertambah dalam menentukan konsentrasi asam/basa dari suatu larutan yang diujikan sehingga diharapkan dapat bermanfaat pada kehidupan sehari-hari


BAB II
PEMBAHASAN

5.1 Titrasi Asam-Basa
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
           Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
5.2  Prinsip Titrasi Asam-Basa
            Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
            Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
            Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
5.3  Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
*      Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
*      Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
      Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
            Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
            Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
            Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
5.4  Rumus Umum Titrasi
                Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
            Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
            Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)


BAB III
METODE KERJA
A.      Alat dan Bahan:
a.       Alat:
·         3 buah tabung Erlenmeyer
·         Buret
·         Gelas ukur
·         Pipet tetes
·         Tabung Ukur
b.      Bahan:
·         10 ml larutan HCl dalam sebuah erlenmeyer
·         3 tetes fenolftalein (PP) dalam sebuah erlenmeyer
·         Larutan NaOH
B.      Cara Kerja:
1.        Masukkan 10 mL larutan HCl dan 3 tetes indikator fenolftalein ke dalam masing-masing erlenmeyer.
2.       Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M hingga garis 0 mL.
3.       Tetesi larutan HCl dengan larutan NaOH. Penetesan harus dilakukan secara hati-hati dan erlenmeyer terus-menerus diguncangkan. Penetesan dihentikan pada saat terjadi perubahan warna yang tetap, yaitu merah muda.
4.       Ulangi prosedur di atas hingga diperoleh 3 data yang hampir sama.






BAB IV
Hasil Pengamatan dan Analisis Data

C.      Hasil Pengamatan:
No.
Volum larutan HCl yang digunakan
Volum larutan NaOH yang digunakan
1.        
10 ml
4.1 ml
2.        
10 ml
3 ml
3.        
10 ml
3,2 ml

D.      Anlisis Data/Pertanyaan:
1.       Tentukan volum rerata larutan NaOH yang digunakan.
2.       Tentukan jumlah mol NaOH yang digunakan.
3.       Tentukan jumlah mol HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi.
NaOH(aq) + HCl (aq)                       NaCl(aq) + H20 (l)
4.       Tentukan kemolaran suatu larutan HCl tersebut.
E.       Jawaban:
1.       Diketahui:
Volum NaOH pada Gelas 1 (V1) = 4,1 mL
Volum NaOH pada Gelas 2  (V2) = 3 mL
Volum NaOH pada Gelas 3  (V3)= 3,2 mL
Ditanyakan: Volum rerata NaOH yang digunakan = ... ?




Penyelesaian:
        Volum rerata NaOH yang digunakan :

 =  =  = 3,43 mL
Jawaban: Jadi volum rerata NaOH yang digunakan adalah 3,43 mL.


2.       Diketahui:
M = 0,1 M
V NaOH  = 3,43 mL
Ditanyakan:
        n NaOH = ... ?
Penyelesaian:
        n NaOH = M . V
                        = 0,1 M .  3,43 mL
                        = 0,343 mol.
Jawaban:
        Jadi jumlah mol NaOH yang digunakan adalah 0,343 mol.

3.       Diketahui:
Koefisien HCl        = 1
Koefisien NaOH   = 1
n NaOH                  = 0,343 mol
Ditanyakan:
        n HCl berdasarkan  perbandingankoefisien reaksi= ... ?
Penyelesaian:
        n HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi tsb. adalah :
                       
                       
                 
                  = 0,343 mol.

Jawaban:
        Jadi jumlah mol HCl berdasarkan perbandingan koefisien reaksi tersebut adalah 0,343 mol.                                 

4.       Diketahui:
n HCl = 0,343 mol
V HCl = 10 mL
Ditanyakan:
        M HCl = ... ?
Penyelesaian:
        M HCl   = 
                       
                        =
                        = 0,0343 M
                        = 0,034 M
Jawaban:
         Jadi kemolaran larutan HCl tersebut adalah 0,034 M.




BAB V
Penutup



Kesimplan :



Kadar atau konsentrasi HCl (asam) dapat ditentukan melalui proses titrasi, yaitu dengan mereaksikan HCl (titrat) yang ditambahkan 2 tetes indicator PP dengan NaOH (titran). Titrasi harus dihentikan bila larutan HCl yang dicampurkan dengan 2 tetes indikator berubah warna dari bening hingga menjadi pink. Volume NaOH yang digunakan akan mempengaruhi hasil konsentrasi dari HCl tersebut, sehingga harus sangat berhati-hati melakukan praktikum ini. Setelah volume NaOH (basa) diketahui, barulah Konsentrasi HCl (asam) bisa dihitung.
































DAFTAR PUSTAKA

Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI Semester 1. Jakarta: Airlangga

Susilowati, Endang., Theory and Application of Chemistry, Bilingual, Jakarta.